loading...
Kisah Nyata
Namanya orang-orang tua pasti ingin anaknya sekolah tinggi, nanti dapat menyenangkan orang-orang tua alias setidaknya ingin punya masa depannya sendiri. Dasarnya orang-orang tua bukan orang-orang berada, punya tanah sepetak, sapi 2 ekor saja. Tapi sebab ingin sekali anak semata wayangnya sekolah ia rela bekerja banting tulang sekaligus sehingga buruh di sawah tetangga. Sadar, anggaran pendidikan mahal sebab memasukkan anak disekolah swasta favorit jadi pasti wajib rela bayar lebih. "Buat anak itu yg terbaik".
Memasuki tahun pertama sekolah anaknya tetap aman sebab naik kendaraan umum sebab jarak rumah kesekolah lumayan jauh. Karang anak satu-satunya sehingga lumayan dimanja. Semenjak kecil apa-apa yg ia mau rutin dituruti dan wajib kini dibelikan. Saking cintanya orang-orang tua anak ini permintaannya kian besar makin tidak sedikit saja bahkan orang-orang tua sempat ngelus dada.
Cerita pada tetangga bahwa punya anak yg gampang marah dan Maunya tidak dapat ditunda. Keseharian anak ini seusai pulang sekolah juga main bersama teman-temannya, tidak sempat sekalipun membantu. Bahkan makanan disiapkan, baju tetap dicucikan padahal ia telah masuk SMK. Manja terbukti dan orang-orang tuanya mengakui akan kesalahannya mendidik. Masuk sekolah seekor sapinya wajib dipasarkan untuk anggaran masuk sekolah. Orang tua tidak persoalan pastinya tapi nyatanya dirinya disekolah setiap hari buat onar. Anak-anak lain tidak begitu suka dengannya bahkan gurunya dikelas putus keinginan mendidik dan parahnya tidak jarang bolos sekolah.
Memasuki kelas 2 SMK saja orang-orang tuanya telah lebih dari 3 kali dipanggil sebab kenakalannya. Itu yg diketahui pemanggilannya sebab biasanya ia meminta tolong orang-orang luar lalu dibayar supaya tidak dimarahi orang-orang tua. Kelas 2 ini ulahnya kian menjadi dirinya minta motor Satria. Namanya orang-orang sulit pasti mahal harga motor segitu apalagi cuma punya sawah sepetak sama seekor sapi yg hamil tua. Karena permintaan itu tidak dituruti dirinya mengancam tidak akan masuk sekolah. Akhirnya dengan tetesan keringat, jual sapi satu-satunya dan pinjam sana sini sebab akhirnya terbelilah motor Satria.
Ternyata dengan motor itu bukan kian membaik, ia ugal-ugalan dijalan, bunyi knalpot dibesarkan bahkan tidak masuk sekolah juga. Mainnya makin jauh dari rumah. Setahun berlalu masuk kelas 3 SMK kejadian naas menimpa. Anak ini pulang main dari rumah temannya malam hari nyatanya terjadilah kecelakaan dijalan raya sebab ia ngebut dan nyenggol truk pengantar barang. Untungnya dirinya lumayan patah kaki saja sedang motornya tertindas kendaraan lain. Karena faktor itu ia tidak masuk sekolah dan menangis menyesali perbuatannya pada orang-orang tuanya. Setelah itu ia kesekolah wajib pakai tongkat dan diantar pula pakai motor butut ayahnya yg dulu ia tidak mau naiki.
Pesan
Jadi anak jangan tidak sedikit maunya bila tahu orang-orang tua tidak punya segalanya. Sudah tahu telah malah maunya macam-macam padahal dapat sekolah saja telah syukur. Banyak orang-orang diluar sana makan saja sulit apalagi sekolah. Pikirkan baik-baik bila bertindak. Lihatlah jerih payahnya orang-orang tua bahkan mereka rela tidak beli baju alias makan enak asal anak bahagia dapat sekolah tapi ada saja yg tidak lebih ajar. Sayangi orang-orang tua, bantu bukan tidak sedikit minta.
Sumber: kisah nyata sekeliling Penulis