loading...
Sahabat ..., percaya atau tidak, zaman ini adalah zaman dimana pernikahan tidak lagi merupakan akad yang sakral. Dari orang awam hingga yang mengaku paham agama, dari orang berada hingga tak punya apa-apa, perceraian kerap terjadi. Tak heran, angka perceraian pun meningkat dari tahun ke tahun. Sebabnya beragam, tak melulu soal orang ketiga, tapi juga gaya hidup, perekonomian, hingga kurangnya kasih sayang dan pengertian satu sama lain.
Namun, kadang kala perceraian adalah jalan terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan lainnya, itulah mengapa perceraian tetap diperbolehkan meski tidak disukai.
Dikisahkan seorang wanita berusia 29 tahun, suaminya seorang pedagang besar. Meski hidup berkecukupan, nyaris tak ada komunikasi di antara mereka karena sibuknya sang suami. Wanita itu merasa hampa dengan kehidupan pernikahannya, maka ia pun memutuskan bercerai dari sang suami.
Setelah bercerai, wanita ini mengontrak rumah di dekat sang ibu. Ia bekerja di sebuah perusahaan swasta. Gajinya sangat cukup untuk biaya kehidupannya sehari-hari. Setiap pagi wanita ini harus berjalan sekitar 10 menit dari rumahnya menuju tempat penjemputan mobil perusahaannya. Begitu pula saat malam, ketika pulang bekerja.
Suatu hari, saat pulang kerja ia melewati sebuah tempat pengumpulan sampah di seputar tempat tinggalnya. Wanita itu tiba-tiba terserang pusing yang berat sehingga menyebabkannya pingsan di jalan.
Saat membuka mata, ia mendapati dirinya sudah berada di sebuah kamar rumah sakit. Di sisinya ia melihat seorang lelaki yang tak begitu asing. Lelaki itu tersenyum mendapatinya telah sadar. Rupanya, lelaki itulah yang menolongnya. Seorang pemulung yang memang biasa mengumpulkan sampah di dekat tempat tinggalnya.
Wanita itu merasa sangat berterima kasih. Mereka pun mengobrol cukup lama. Ternyata pemulung tersebut juga tinggal di dekat rumahnya. Menurut pengakuannya, pemulung itu adalah mantan karyawan BUMN, karena bertengkar dengan atasannya, ia tak bisa menahan diri dan akhirnya memutuskan mengundurkan diri.
Kejadian itu dan juga tempat tinggal mereka yang berdekatan membuat keduanya semakin dekat. Lelaki itu juga telah bercerai dengan mantan istrinya, dan anaknya saat ini dirawat oleh orang tuanya.
Singkat cerita mereka pun memutuskan untuk menikah.
Setelah menikah, lelaki itu tak lagi memungut sampah, ia mulai membangun usaha kecil-kecilan. Lelaki itu pun memiliki perangai yang sangat baik dan perhatian kepada istrinya. Maka mereka pun hidup berbahagia.
Pada suatu hari, lelaki itu memanggil istrinya, dan ia berkata. "wahai isteriku, tahukah kamu mengapa kau mau menikahimu?" tanyanya dengan serius.
Wanita itu menjawab dengan jujur, "tidak tahu".
"Karena kamu sangat sederhana, tidak banyak menuntut, dan bisa bersyukur." ujar lelaki itu.
Meski keheranan, wanita itu mengiyakan perkataan suaminya, "ya, aku memang lebih suka hidup seperti ini, sederhana tapi penuh kebahagiaan. Kita bisa melakukan banyak hal bersama-sama. Kita bisa saling mendengarkan satu sama lain" ujarnya tersenyum menatap suaminya.
Lelaki itu menghela nafas, akhirnya ia mengatakan bahwa ia memiliki sebuah rahasia yang dulu belum diberitahukannya kepada wanita itu saat dinikahinya.
Wanita itu mulai merasa was-was, “Memangnya apa yang kamu sembunyikan?” tanyanya.
Akhirnya, lelaki itu mengakui bahwa sebenarnya ia bukanlah mantan pegawai BUMN. Dulu, ia seorang pengusaha sukses di bidang real estate. Namun mantan istrinya adalah wanita dengan kepribadian buruk. Wanita itu mengkhianatinya dengan rekan bisnisnya sendiri. Bukan hanya mengkhianati cintanya, wanita itu juga bersekongkol dengan rekan bisnisnya untuk menguras habis hartanya hingga ia jatuh bangkrut. Begitulah ia akhirnya menceraikan mantan istrinya itu.
Lelaki itu berkata, saat ini ia memang tak punya banyak harta lagi, hanya tersisa sebuah Villa besar di pinggir kota.
Pada awalnya ia tak ingin menceritakan hal itu pada sang istri sampai kapanpun. Namun, wanita yang dinikahinya itu tampak tak mempermasalahkan status sosialnya, dan bahkan menerimanya dengan tulus hati. Wanita itu bahkan menerimanya saat masih menjadi pemulung.
Mendengar penuturan suaminya, wanita itu merasa haru dan mulai menangis terisak. Baginya tidaklah kekayaan yang membuatnya nyaman, namun ketulusan. Tentu ia tak pernah membayangkan lelaki pemulung yang menikahinya ini, ternyata memiliki sebuah villa besar di pinggir kota. Ia berharap, suaminya tak akan berubah, senantiasa penuh perhatian dan kasih sayang.
Kegagalan membina rumah tangga, bisa jadi sebuah jalan untuk menemukan pasangan yang lebih tepat.
Kekayaan terbukti tidak dapat membeli kebahagiaan. Hanya hati yang dipenuhi syukur yang dapat menemukan kebahagiaan.
Semoga kita semua dianugerahi hati yang pandai bersyukur dan pasangan yang saling mendukung dalam kebaikan.
Sumber Referensi:tribunnews.com/lifestyle